Quality Control Produksi Kemeja

Pengertian dan tujuan pemeriksaan mutu (Quality Control)


Pemeriksaan mutu adalah semua usaha untuk menjamin (assurance) agar hasil dari pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan dan memuaskan konsumen (pelanggan).

Pemeriksaan mutu bertujuan untuk menjaga agar tidak terjadi produk/barang yang tidak sesuai dengan standar mutu yang diinginkan secara terus menerus dan bisa mengendalikan, menyeleksi, menilai kualitas, sehingga konsumen merasa puas dan perusahaan tidak rugi.

Di era persaingan global, mutu/kualitas menjadi salah satu persyaratan yang diminta oleh pembeli luar negeri. Setiap produsen saat ini berlomba dalam memenuhi kepuasan para pelanggannya. Dengan demikian usaha mereka dapat terus berjalan. Hal ini tentu wajib dilaksanakan oleh semua pihak yang ada dalam perusahaan.

 

 

Sistem pemeriksaan mutu di industri garmen


Ada beberapa sistem/cara pemeriksaan mutu yang dilakukan di industri garmen antara lain:

  1. Pemeriksaan akhir, dilakukan pada saat pakaian telah selesai dijahit. Caranya dengan mengambil satu potong (piece) dari jumlah produksi busana tertentu untuk diperiksa.
  2. Pemeriksaan dalam proses, dilakukan pada beberapa tahap proses yang dipilih, terutama pada tahap pemotongan atau penjahitan yang kritis dan sulit, setidak-tidaknya ada 4 faktor yang mempengaruhi jumlah tahap-tahap proses yang dipilih yakni:
    1. Tingkat keterampilan operator, makin tinggi keterampilan operator, makin sedikit tahap-tahap proses yang diperiksa.
    2. Tingkat produktifitas dari mesin-mesin yang dipergunakan, bila mesin-mesin yang dipergunakan dapat bekerja secara otomatis (mesin potong untuk kerah misalnya) makin jarang tahap-tahap proses diperiksa.
    3. Kain yang dipergunakan, makin mahal harga kain yang dipergunakan, makin sering tahapan proses yang diperiksa.
    4. Jenis pakaian yang dibuat, produksi setelan jas lebih banyak tahapan prosesnya yang diperiksa dibandingkan dengan produksi kemeja biasa.
  3. Pemeriksaan keliling, yaitu pemeriksaan yang dilakukan oleh supervisor atau pengawas. Seorang supervisor berkeliling dan membantu operator jika mendapatkan kesalahan yang harus dibetulkan.

 

 

Kesalahan kesalahan dalam proses produksi


Kesalahan pola

  1. Sebagian pola hilang, mengakibatkan komponen tidak lengkap. 
  2. Pola tercampur.
  3. Permukaan pola tidak diletakkan secara benar di atas kain, sehingga dipotong menjadi terbalik.
  4. Pola diletakkan tanpa memperhatikan arah lungsi (benang lusi).
  5. Susunan pola terlalu lebar sehingga pinggir kain ikut terpotong.
  6. Susunan pola tidak tepat di atas kain-kain bergaris sehingga garis-garis pada kain tidak tersambung rapi.

 

Kesalahan pada peletakan kain

  1. Jumlah tumpukan kain tidak sesuai dengan jumlah pakaian yang dipesan/direncanakan.
  2. Beberapa bagian dari tumpukan kain ada yang terlipat atau menggelembung sehingga waktu dipotong komponen tidak sesuai dengan ukuran yang sebenarnya.
  3.  Tumpukan kain tidak beraturan permukaannya (bagian dalam dan bagian luar tidak beraturan).
  4.  Terdapat cacat pada kain.
  5. Tumpukan kain bergeser menjadi tidak teratur akibat elektro statis (static electricity). Hal ini terutama terjadi pada kain seratus persen sintetis.

 

Kesalahan potong

  1. Pemotongan tidak sempurna karena bagian pola ikut terpotong.
  2. Tanda-tanda pada komponen pakaian yang harus digabung keliru penempatannya.
  3. Salah potong/rusak akibat pisau potong terlalu tumpul.

 

Kesalahan sewaktu persiapan pengikatan 

  1. Beberapa ukuran tercampur waktu pengikatan.
  2. Beberapa komponen hilang.

 

Kesalahan dari mesin (jahit)

  1. Kerusakan akibat jarum jahit, salah ukuran (nomor), tumpul menjadi panas akibat ketidak sesuaian jarum dan kain.
  2. Kerusakan akibat sepatu, terutama terjadi pada kain yang terlalu tebal atau terlalu tipis.
  3. Penyetelan tegangan benang yang tidak pas.
  4. Benang sering putus, akibat ketidaksesuain antara kain, benang dan jarum yang dipergunakan.
  5. Noda-noda pada kain yang akibatkan dari oli mesin.

 

Kesalahan Jahit

  1. Jahitan tidak lurus, akibat kesalahan operator jahit.
  2. Bagian bawah tidak terjahit.
  3. Jahitan tidak sempurna akibat komponen pakaian salah potong.
  4. Salah benang (penggunaan benang).

 

Kesalahan setrika

  1. Jahitan terbuka tidak sepenuhnya disetrika.
  2. Jahitan tidak rata bila disetrika akan menimbulkan bekas-bekas di bagian luar pakaian.
  3. Terbakar atau gosong, akibat setrika teralalu panas.
  4. Noda-noda karena air yang menetes kemudian disetrika.
  5. Kancing atau ristleting rusak. 

 

Untuk memudahkan pemeriksaan mutu sebelum produksi pakaian dilakukan, perlu disusun dalam suatu daftar lembar kerja (worksheet) pemeriksaan.

 

 

Pemeriksaan mutu bagian produksi  


Untuk memudahkan pemeriksaan mutu dan pencegahan terjadinya kesalahan-kesalahan pada industri garmen, maka diperlukan bagian-bagian yang melakukan pemeriksaan mutu pada setiap bagian-bagian tertentu antara lain:

 

Memeriksa mutu bagian sampel (Sample Inspection

Tujuan pemeriksaan sampel dilakukan agar seluruh sampel yang dibuat oleh bagian sample bebas dari cacat, kerusakan, penyimpangan atau ketidak sesuaian baik desain, mutu jahitan, ukuran, warna, dan lain sebagainya.

Prosedur pemeriksaan sampel:

  1. Pemeriksa akan menerima sampel dan lembar pemeriksaan dari petugas bagian sample.
  2. Lembar rencana kerja (worksheet) dan contoh produk garmen yang akan diproduksi dibuat oleh petugas bagian sample dan merchandiser diserahkan ke bagian pemeriksa.
  3. Pemeriksa akan memeriksa dan memberi komentar/koreksi terhadap sampel pada lembar pemeriksaan (work-sheet) dan menyerahkan kembali kepada merchandiser.
  4. Merchandiser mempelajari catatan kualitas mutu dan memutuskan diproduksi atau ditolak dan dikembalikan ke bagian sample untuk dibuat sampel ulang.
  5. Jika sampel disetujui oleh merchandiser maka sample tersebut akan dikirim oleh merchandiser ke pihak pembeli guna mendapatkan persetujuan (approval sample).
  6. Pemeriksa akan menerima salinan atau copy laporan pemeriksaan sampel dari merchandiser.
  7. Sampel yang telah disetujui pihak pembeli (approval sample) dikembalikan ke bagian produksi untuk diproduksi secara massal.

 

Pemeriksaan mutu bagian potong (Cutting Inspection)

Pemeriksa bagian potong mengecek gelaran kain, gelaran tidak bergelombang, tidak melipat, gelaran bagian bawah sampai atas harus sama, tidak ada penyusutan kain, hasil potongan kemudian dicek dan  harus sesuai dengan sampel dan toleransi ukuran.

Contoh prosedur pemeriksaan bagian potong (Inspection Cutting) adalah:

  1. Melakukan pemeriksaan lembar kain bagian atas sampai  lembar bagian bawah. 
  2. Melakukan pemeriksaan kelengkapan pola pada kertas marker.  
  3. Melakukan pemeriksaan setiap garis komponen apakah terdapat kesalahan potong atau tidak.
  4. Melakukan pemeriksaan interlining dengan pola (bila komponen garmen menggunakan interlining dan bordir).
  5. Melakukan pencatatan dan pemotongan ulang, bila terjadi kesalahan potong. 
  6. Melakukan pemeriksaan terhadap mutu kain yang meliputi konstruksi, warna, corak/motif, tekstrur bagian luar dan bagian dalam  kain. 
  7. Melakukan pemeriksaan pada marker, apakah rasio ukuran sudah memenuhi seluruh ukuran yang dipesan.
  8. Melakukan pemeriksaan mutu hasil gelaran/spreading apakah bahan yang digelar sudah benar benar lurus/rata dan tidak bergelombang.
  9. Melakukan pemeriksaan terhadap metode pemotongan (cutting).
  10. Melakukan pemeriksaan mutu hasil potongan, apakah seluruh hasil potong sudah benar-benar sesuai dengan pola asli (original pattern) dari pemesan/buyers.
  11. Melakukan pemeriksaan mutu hasil potong, apakah potongan komponen benar-benar sesuai (matching dan balance) untuk corak bahan bergaris atau berkotak. 
Gambar proses pemeriksaan mutu cutting

 

Memeriksa mutu bagian fusing (Fusing Inspection)

Fusing adalah proses merekatkan bahan pelapis (Interfacing) pada komponen-komponen kecil seperti kerah, manset, lapisan leher, belahan melalui proses pemanasan (Pengepresan/penyetrikaan).

Prosedur pemeriksaan bagian fusing antara lain:

  1. Memeriksa hasil fusing, apakah terdapat gelembung/udara, apakah sudah memenuhi standar.
  2. Memeriksa hasil fusing pada bahan bergaris atau berkotak, apakah hasilnya benar-benar lurus dan stabil.
  3. Memeriksa interlining yang digunakan, apakah sudah sesuai dengan yang ditentukan oleh buyer.
  4. Melakukan pemeriksaan mutu hasil fusing sebelum dan sesudah pencucian. Apakah mengalami perubahan warna dan ukuran.

 

Pemeriksaan mutu bagian jahit (Sewing Inspection)

Pemeriksaan mutu jahitan meliputi cacat kain, berlubang atau cacat kotor. Apabila ditemukan kesalahan jahit dan memungkinkan untuk diperbaiki maka secepatnya dikirim kembali kebagian penjahitan untuk diperbaiki. Apabila hal ini tidak memungkinkan maka jahitan dianggap rusak (defect). Kesalahan jahit  meliputi, jahitan sambungan tidak rata, jahitan lepas, jahitan kendor, jahitan melilit, jahitan berkerut dan lainnya. Pemeriksaan ukuran termasuk juga didalam pemeriksaan jahitan. Setiap produk pakaian yang telah selesai dilakukan pemeriksaan ukuran dengan cara mengukur bagian bagian tertentu pada setiap pakaian, selanjutnya disesuaikan dengan nomer ukuran pada label pakaian tersebut. Pemeriksaan ukuran kemeja meliputi, lingkar badan, lebar bahu, panjang kemeja, panjang lengan dan lainnya.

Prosedur pemeriksaan proses penjahitan (Sewing):

  1. Memeriksa mutu jahitan sesuai dengan pedoman produksi atau lembar kerja (work sheet).
  2. Memeriksa proses penjahitan busana dari awal sampai selesai sesuai dengan rencana/layout.
  3. Memeriksa hasil potongan per komponen sesuai dengan sampel.
  4. Memeriksa jumlah setikan dalam 1 inch (stitch/inch).
  5. Memeriksa hasil jahitan dan ukuran pada tiap proses, jahitan harus baik, rapi, tidak loncat.
  6. Memeriksa hasil jadi busana sesuai dengan lembar kerja/work sheet.
  7. Memeriksa hasil trimming.
  8. Memeriksa desain/style yang akan diproduksi.
  9. Memeriksa bahan penunjang yang akan digunakan misalnya, label, kancing (button), benang.
  10. Melakukan tes cuci pada pakaian jadi untuk mengetahui apakah ada perubahan warna, dan ukuran setelah pencucian.
Gambar proses pemeriksaan mutu bagian jahit

 

Pemeriksaan mutu bagian setrika (Pressing Inspection)

Bagian ini mencakup mutu penyeterikaan, dan pengemasan.

Prosedur pemeriksaan hasil seterikaan:

  1. Memeriksa temperatur yang digunakan apakah sesuai dengan jenis kain yang akan diseterika .
  2. Memeriksa mutu hasil seterika, apakah ada perubahan warna, bentuk dan ukuran setelah penyeterikaan.
  3. Memeriksa mutu hasil seterika apakah sudah halus sesuai dengan yang diinginkan.
  4. Memeriksa cara melipat (folding method), pastikan sesuai dengan permintaan buyer.
  5. Memeriksa material penunjang (card board, paper collar stripe, plastic collar support, tissue paper, hang tag, price ticket) sesuai dengan permintaan dari buyer.
  6. Memeriksa jumlah garmen per karton, dan teknik pengepakan (packing method).

 

 

Klasifikasi Kerusakan ( Defect Clasification)


Kerusakan (defect) pada produksi pakaian jadi diklasifikasikan menjadi dua yaitu, kerusakan besar (defect major) dan kerusakan kecil (defect minor).

Kerusakan besar adalah sebuah kondisi pakain yang diindikasikan menjadi mutu kedua (second quality) atau tidak memenuhi standar karena beberapa alasan berikut:

  1. Kerusakan tersebut dapat mempengaruhi keutuhan (integrity) dari produk.
  2. Kerusakan tersebut dapat mempengaruhi daya jual dari produk.
  3. Kerusakan tersebut dapat mempengaruhi kepercayaan dan kepuasan konsumen terhadap produk.
  4. Kerusakan tersebut menjadikan ketidak-sesuaian pada style.

Kerusakan kecil (minor defect) adalah sebuah kondisi dimana kerusakan tersebut tidak akan menimbulkan komplain dari konsumen.

 

Kerusakan (defect) pada bagian penjahitan kemeja

Kerusakan atau defect yang terjadi pada waktu proses seringkali ditemukan pada saat dilakukan pemeriksaan mutu. Ada batasan toleransi untuk beberapa kerusakan pada penjahitan, dan ada kerusakan yang dapat diperbaiki tetapi ada beberapa kerusakan yang tidak ada batasan tolerasi ini tergantung dari bagian mana yang rusak serta jenis kerusakannya. Kerusakan-kerusakan tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:

  1. Kerusakan dengan batasan toleransi:
    • Label tidak di tengah / Crooked label (± 1/16” dari tengah)
    • Jahitan label tembus satu jarum pada bahu label / seam ends on yoke (tidak melebihi 1/8”)
    • Jahitan label keluar / label stitching over run (tidak melebihi satu jarum)
    • Pemasangan kaki kerah menonjol / Nose on band extension  (tidak melebihi 1/16”)
    • Bagian depan kiri kanan tidak sama / One front longer than other (tidak melebihi ¼”)
    • Penempatan saku yang tidak sesuai / Incorrect pocket location (tidak melebihi ¼”)
    • Saku kiri dan kanan posisi tidak sama (tidak melebihi ¼”)
    • Lengan tidak sama pada bagian ketiak / sleeve not even at armhole (tidak melebihi ¼”)
    • Panjang lengan kiri kanan tidak sama / One sleeve longer than other (tidak melebihi ¼”)
  2. Kerusakan yang tidak ada toleransinya antara lain:
    • Lebar ujung kerah tidak sama kanan kiri / Uneven collar point length (ukuran harus benar benar akurat) 
    • Lapisan kaki kerah melintir / Poor banding 
    • Terdapat jahitan sambung pada bagian kerah / Untidy joint stitching at collar 
    • Kerah tidak pas / Mismatched collar matching
    • Jahitan kerah loncat / Skip stitch collar
    • Pemasangan kerah jebol / Open seam collar closing
    • Ujung kerah tidak runcing / Beading collar point
    • Ujung kerah jebol / Fractured Collar point
    • Kancing rusak atau kurang / Missing or faulty button
    • Jahitan jebol pada penggabungan / Open seam joining
    • Bentuk saku kurang baik / Faulty pocket blocking
    • Jahitan berkerut / Puckering
    • Terdapat bekas karena jarum tumpul / Needle pulls, needle chew
    • Jahitan putus / Brooken stitch
    • jahitan kancing hanya separuh / Half sewn button)
  3. Kerusakan-kerusakan yang dapat diperbaiki
    • Manset bergelembung / Fullness in Cuff
    • Pemasangan manset menonjol ke luar / Nose on cuff
    • Pemasangan manset menonjol ke atas / Beading cuff attached
    • Lengan tidak bagus / Sleeve placket faulty blocking

 

 

 

Referensi:

  • MODUL GURU PEMBELAJAR PAKET KEAHLIAN TATA BUSANA SMK KELOMPOK KOMPETENSI D Produksi Kemeja /Blus, Penyusun : Dra. Lily Masyhariati.MM, Penyunting : Dra. Erinovida. M.Pd, PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PPPPTK) BISNIS DAN PARIWISATA DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN, TAHUN 2016
  • dll.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *